Wikipedia

Search results

Thursday 11 December 2014

Dasar-Dasar Ilmu Saham: Apa Itu Saham?



Secara gampang, saham adalah satu bagian dari bukti kepemilikan sebuah perusahaan. Saham merupakan sebuah klaim/hak atas aset dan pendapatan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin banyak saham yang kita miliki, bagian kepemilikan kita atas perusahaan tersebut semakin besar. FYI, istilah ekuitas juga bisa saja disamaartikan dengan saham.

Memiliki saham dari sebuah perusahaan artinya adalah bahwa kita adalah salah satu dari sekian banyak pemilik perusahaan tersebut—pemilik saham sering disebut shareholders di beberapa laporan keuangan perusahaan—dan, dengan demikian, kita mempunyai hak atas semua yang dimiliki perusahaan tersebut. Namun demikian, biasanya, para investor awam yang memiliki modal rendah hanya bisa memiliki bagian amat kecil dari kepemilikan tersebut.

Dengan kata lain, kita adalah pemilik dari sebagian kecil mebel kayu yang diproduksi oleh perusahaan mebel. Kita adalah pemilik dari sebagian kecil merek Indomie jika kita membeli saham Indofood. Kita adalah pemilik dari sebagian kecil nilai proyek pembangunan jalan tol Semarang-Solo jika kita membeli saham Jasa Marga. Sebagai seorang pemilik, kita berhak atas bagian keuntungan perusahaan dan juga hak voting sesuai dengan besarnya kepemilikan saham kita.




Satu saham biasanya diwujudkan dalam satu sertifikat kepemilikan saham. Selembar kertas yang kelihatan keren ini adalah bukti kepemilikan kita. Namun, di zaman komputer seperti sekarang ini, kita tidak akan repot-repot untuk melihat dan menyimpan dokumen ini, karena broker/sekuritas kita yang akan mencatat dokumentasi ini secara elektronik, yang juga dikenal dengan istilah "in street name".


Tentu saja, jika kita bersikeras ingin memiliki dokumen tersebut, maka kita bisa mencoba membeli saham dari perusahaan yang tidak tercatat dalam bursa saham Indonesia. Namun, biasanya yang bisa memiliki saham perusahaan semacam itu adalah para karyawan yang diberikan insentif berupa employee stock option1) oleh perusahaan tersebut.

Pencatatan secara elektronik tersebut dilakukan untuk membuat saham-saham tersebut menjadi lebih mudah untuk diperjualbelikan. Dulu, ketika seseorang ingin menjual sahamnya, dia harus membawa sertifikat tersebut secara langsung ke broker/sekuritas nya. Kini, berdagang dengan satu kali klik dari komputer/laptop atau melalui telepon membawa kemudahan bagi semuanya.

Menjadi pemilik dari sebuah perusahaan terbuka tidak berarti bahwa kita mempunyai kuasa untuk mengatur aktivitas bisnis / operasional harian perusahaan tersebut. Pada dasarnya, satu vote per lembar saham untuk memilih jajaran direksi pada saat rapat umum pemegang saham tahunan adalah yang akan kita miliki.

Misalnya saja, menjadi pemegang selembar saham Bakrie Plantation Tbk. (UNSP) tidak berarti bahwa kita bisa menelepon Aburizal Bakrie dan memberitahunya bagaimana seharusnya dia mengurus perusahaannya. Sama halnya dengan menjadi pemegang selembar saham Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF)  bukan berarti bahwa kita bisa datang ke pabrik dan membawa pulang selusin kardus berisi Indomie seenaknya saja.

Pihak manajemen perusahaan memiliki kewajiban untuk meningkatkan nilai perusahaan untuk kepentingan para pemegang saham. Jika hal itu tidak terjadi, para pemegang saham bisa menggunakan vote-nya untuk meminta pergantian manajemen, itulah teorinya. Dalam kenyataannya, investor kecil seperti kalian dan saya tidak punya cukup banyak saham untuk bisa mempengaruhi perusahaan tersebut. Para pemain besar seperti institutional investor2) dan para miliuner yang terkenal itulah yang punya cukup kuasa untuk menentukan kebijakan.

Untuk para pemegang saham biasa, ketidakmampuan untuk mempengaruhi sebuah perusahaan bukanlah masalah yang besar. Karena pada dasarnya, kita tidak ingin harus bekerja untuk mendapatkan uang, kan? Pentingnya menjadi pemilik saham adalah bahwa kita memiliki bagian dari keuntungan bisnis dan aset dari perusahaan tersebut.

Keuntungan bisnis sering kali dibagikan dalam bentuk dividen. Semakin banyak jumlah saham yang kita miliki, semakin besar porsi keuntungan dalam bentuk dividen yang akan kita terima. Hak kita atas aset hanya akan relevan jika perusahaan tersebut dinyatakan bangkrut3). Dalam kasus likuidasi, kita akan menerima apa yang tersisa setelah semua hak kreditur telah didistribusikan.

Esensi dari kepemilikan saham adalah hak kita atas aset dan keuntungan bisnis perusahaan. Tanpa adanya dua hak tersebut, saham tidak akan lebih berharga dari sekedar kertas biasa yang dicetak bagus.

Satu lagi ciri khas kepemilikan saham adalah tanggung jawab kita yang dibatasi. Artinya, kita tidak akan dimintai pertanggung jawaban jika perusahaan yang kalian beli sahamnya tidak dapat membayar hutang-hutangnya. Perusahaan dengan bentuk lain, misalnya partnership, dibentuk sedemikian rupa sehingga, jika perusahaan bangkrut maka para kreditor akan meminta para partner (pemegang kepemilikan) dan menjual harta bendanya (rumah, mobil, perlengkapan rumah tangga, dan lain-lain).

Lain halnya dengan jika kita memiliki saham, maka jumlah maksimal uang yang bisa hilang dari dompet kita adalah total uang yang kita keluarkan khusus untuk berinvestasi. Jadi, kalau pun perusahaan tempat kita menginvestasikan uang mengalami kebangkrutan, kita tidak akan ikut bertanggung jawab atas kebangkrutannya (baca: tidak akan dipaksa kehilangan barang-barang berharga pribadi kalian)

Utang vs. Ekuitas

Mengapa sebuah perusahaan menerbitkan saham? Mengapa para pendiri perusahaan rela berbagi keuntungan dengan ratusan atau bahkan ribuan orang yang tidak dikenal, sementara mereka bisa saja menyimpan semuanya untuk dirinya sendiri?

Alasannya adalah, bahwa setiap perusahaan pada akhirnya nanti membutuhkan dana lebih untuk melakukan ekspansi atau menjalankan sebuah rencana/proyek yang ingin mereka lakukan. Untuk mendapatkan dana, perusahaan bisa memilih salah satu dari kedua opsi ini: meminjam kepada seseorang, atau menjual bagian kepemilikan dari perusahaan itu sendiri (yang kita kenal dengan penerbitan saham)

Sebuah perusahaan dapat meminjam dana dengan dua cara: berhutang pada bank atau menerbitkan surat hutang/obligasi untuk kemudian dapat dibeli oleh publik. Dua cara ini dikenal dengan istilah Debt Financing (pendanaan dengan hutang). Di sisi lain, menerbitkan saham dikenal dengan istilah Equity Financing (pendanaan dengan ekuitas).

Ada satu hal yang patut diperhatikan bersama, yaitu tentang keuntungan yang dimiliki perusahaan jika mereka melakukan Equity Financing: mereka tidak akan berkewajiban untuk membayar kembali uang yang telah kita investasikan pada mereka. Kita juga tidak akan mendapatkan semacam pembayaran bunga dari mereka, seperti yang kita alami jika kita menabung di bank.

Para pemegang saham pada umumnya hanya bisa berharap bahwa harga saham yang mereka miliki akan menjadi lebih tinggi daripada harga pada saat mereka membelinya. Peristiwa dimana perusahaan privat/tertutup untuk pertama kalinya menerbitkan dan menjual sahamnya ke publik, dan akhirnya menjadi perusahaan terbuka, disebut dengan Initial Public Offering (IPO). Topik ini akan dibahas lebih lanjut pada kesempatan yang lain.

Pemahaman tentang perbedaan antara pendanaan melalui hutang dan ekuitas/saham adalah sangat penting. Ketika kita membeli surat hutang/obligasi sebuah perusahaan, mereka berjanji akan mengembalikan seluruh uang kita dan ditambah dengan bunga yang sudah ditetapkan dalam kontraknya. Hal seperti ini tidak berlaku jika kita membeli saham, seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Risiko

Dengan menjadi seorang pemilik, kita dianggap sudah ikut menanggung risiko bahwa bisa saja perusahaan tersebut tidak akan sukses. Para pemegang saham bisa saja menerima pendapatan yang lebih besar dari para pemegang surat hutang jika perusahaan sukses, namun mereka juga harus sadar bahwa mereka akan kehilangan semua investasi mereka jika perusahaan tidak sukses.

Satu hal lagi, sebagai salah seorang pemilik, tingkat klaim kita atas aset-aset perusahaan dianggap lebih rendah daripada para kreditor. Artinya, jika perusahaan bangkrut dan terlikuidasi, kita sebagai salah satu pemegang saham tidak akan menerima bagian aset yang menjadi hak kita sebelum hak para pemegang surat hutang dan atau bank yang memberikan hutang telah terbayarkan. Hal ini disebut dengan istilah Absolute Priority.

Dividen vs Capital Gain

Hal yang sering dilupakan, tidak disadari, atau bahkan tidak pernah ditekankan dengan jelas adalah bahwa tidak ada yang namanya jaminan ‘PASTI UNTUNG’ jika berbicara tentang investasi saham. Meraih keuntungan berinvestasi di pasar saham bisa dibagi menjadi dua cara: dividen dan capital gain.

Beberapa perusahaan membagikan dividen secara teratur, entah setiap tahun atau setiap setengah tahun sekali. Namun, banyak perusahaan yang terdaftar di pasar saham juga bisa memilih untuk tidak membagikan dividen secara teratur, atau bahkan belum pernah sama sekali. Hal itu disebabkan karena sebuah prinsip bahwa tidak ada kewajiban bagi perusahaan untuk membayar dividen. Prinsip tersebut sebetulnya juga berlaku untuk perusahaan-perusahaan yang selama ini rutin membagikan dividen.

Dengan adanya risiko dari penghasilan yang bersumber dari dividen tersebut, para pemegang saham masih bisa mendapatkan penghasilan dari realisasi capital gain. Artinya, kita menjual saham kita pada harga di atas harga pembelian kita; hal ini juga berlaku jika kita melakukan perdagangan barang di pasar riil, kan? Namun, jika kita menjual saham kita di bawah harga pembelian saham kita, maka yang terjadi adalah kita mendapatkan capital loss.

Meskipun risiko yang ada pada dua jenis penghasilan tersebut terdengar negatif, ada sisi lain yang lebih positif. Mengambil risiko yang besar biasanya berujung pada penghasilan kembali yang besar. Inilah salah satu prinsip yang membuat kinerja pasar saham dalam menghasilkan pendapatan lebih baik/besar dibandingkan investasi pada surat hutang atau akun tabungan biasa di bank.

Misalkan saja, untuk periode tahun 2005-2013, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia mengalami rata-rata kenaikan nilai sebesar 25% per tahunnya. Meskipun setiap tahunnya tidak selalu ditandai dengan perubahan nilai yang positif, pada dasarnya saham adalah salah satu pilihan terbaik untuk berinvestasi di Indonesia dalam jangka panjang.



Keterangan:


1) Employee stock option = sebuah hak (bukan kewajiban/keharusan) yang diberikan perusahaan kepada para karyawannya, untuk membeli sejumlah saham perusahaan itu sendiri pada harga yang telah ditentukan sebelumnya. Tidak seperti saham pada umumnya, karyawan tidak bisa begitu saja membeli saham perusahaan kapan pun dia mau. Dia harus menunggu sampai waktu yang telah ditentukan.
 
2) Institutional investor = lembaga atau pihak perseorangan bukan bank yang memperdagangkan saham dalam jumlah lembar saham atau uang yang besar, sehingga mereka memenuhi syarat untuk mendapatkan perlakuan khusus maupun kewajiban membayar komisi yang rendah. Mereka mendapatkan lebih sedikit perlindungan hukum karena mereka dianggap lebih memahami pasar saham dan lebih bisa melindungi diri mereka sendiri ketimbang investor kecil.
 
3) Bangkrut = proses hukum yang melibatkan orang atau perusahaan yang tidak mampu membayar hutangnya. Proses kebangkrutan dimulai dengan permohonan yang diajukan oleh para debitur (orang/pihak yang berhutang) atau atas nama kreditur (orang/pihak yang memberikan hutang). Seluruh aset debitur akan diukur dan dievaluasi, dimana aset tersebut kelak akan digunakan untuk membayar sebagian/seluruh hutang.

Friday 5 December 2014

Dasar-Dasar Ilmu Saham: Pengantar

Apakah kalian ingin menjadi pemilik bisnis yang tidak punya keharusan datang ke tempat kerja? Bayangkan jika kalian bisa duduk-duduk di rumah, melihat perusahaanmu tumbuh, dan mendapatkan dividen atau uang lancar dengan otomatis! Situasi ini mungkin terdengar seperti impian yang muluk-muluk. Namun, hal itu mungkin justru lebih dekat dengan kenyataan daripada yang dibayangkan.

Ya, kita akan berbicara mengenai kepemilikan saham. Ini adalah salah satu instrumen keuangan terhebat yang pernah diciptakan untuk membangun kekayaan. Ketika kalian memulai perjalanan kalian menuju kebebasan finansial, kalian harus mempunyai pemahaman dasar yang kuat mengenai saham dan bagaimana mereka diperdagangkan di pasar saham.

Lebih dari satu dekade yang lalu, ketertarikan orang awam terhadap pasar saham telah melonjak secara eksponensial. Apa yang dulu menjadi mainan para orang kaya, sekarang telah menjadi salah satu kendaraan untuk menumbuhkan kekayaan. Permintaan akan saham dari kalangan orang awam ini, yang didukung dengan teknologi perdagangan saham yang makin maju, telah membuka pasar-pasar saham di seluruh dunia. Sehingga, nyaris setiap orang pada masa sekarang ini bisa mempunyai saham.



Namun demikian, meskipun popularitas pasar saham meningkat selama satu dekade terakhir, masih banyak sekali orang yang tidak memahami saham dengan benar. Kebanyakan ilmu yang diserap berasal dari obrolan ala ‘warung kopi’ dengan orang lain yang juga tidak benar-benar tahu apa yang mereka bicarakan. Jika kalian sudah, atau pun mempunyai teman/saudara/kekasih yang terdaftar sebagai investor, mungkin saja kalian pernah mendengar kalimat semacam ini dari mereka?

“Temanku untung besar di perusahaan OO, dan sekarang dia mendapatkan bocoran terbaru dari perusahaan XX!” atau “Hati-hati dengan saham bodong ini, bisa-bisa kau harus menjual emasmu karenanya (baca: menderita kerugian dan harus menambalnya)!”

Banyak sekali informasi-informasi semacam ini tersebar disebabkan oleh mental ‘ingin cepat kaya’, apalagi setelah krisis moneter di Indonesia pada 1998 dan krisis global pada 2008 menyerang kita. Orang-orang berpikir bahwa saham adalah jalan keluar instan untuk menumpuk harta tanpa menanggung risiko apapun.

Kenyataannya, saham dapat (dan memang mampu) menciptakan kekayaan yang berlipat ganda, namun mereka memiliki risikonya sendiri. Salah satu jalan keluar untuk mematahkan mitos tersebut adalah dengan pendidikan finansial. Kunci untuk melindungi diri kita sendiri di pasar saham adalah dengan memahami sepenuhnya DI MANA kita menanam uang kita.

Kelak, postingan di blog ini akan mencakup tentang berbagai topik dasar seputar saham. Di antaranya nanti yang akan diposting setelah ini adalah:
1.      Apa itu saham?
2.      Apa saja jenis-jenis saham
3.      Bagaimana cara saham diperdagangkan?
4.      Apa yang menyebabkan harga saham berubah-ubah?
5.      Bagaimana cara membeli saham?
6.      Bagaimana cara membaca tabel saham?
7.      Si ‘Banteng’, Si ‘Beruang’, dan Si ‘Ayam’
8.      Kesimpulan

Saturday 8 November 2014

Bagaimana Bank Bekerja? (Bagian Pengantar-1)

Salah satu hal yang menarik tentang bagaimana sebuah bank bekerja adalah bahwa mereka dapat beroperasi karena kepercayaan dari kita. Kita 'memberikan' uang kita untuk bank simpan dengan aman, dan kemudian bank tersebut mencari-cari serta memberikan uang tersebut kepada orang lain agar bank itu sendiri bisa menghasilkan uang. Bank, secara legal, dapat memperpanjang lebih banyak kredit daripada uang kas yang mereka punya. Meskipun demikian, sebagian besar dari kita memiliki kepercayaan besar pada kemampuan bank untuk melindungi uang kita dan memberikannya kembali pada kita kapan pun kita membutuhkannya.

Mengapa kita merasa lebih baik menyimpan uang di bank daripada di bawah kasur kita? Apakah itu karena mereka memberikan kita bunga tabungan ke akun kita?Apakah karena kita tahu bahwa jika kita menyimpan uang di dompet kita, maka kita cenderung boros? Atau, apakah hanya karena kemudahan pembayaran yang ditawarkan oleh kartu debit/kredit daripada membawa uang bejibun di saku?

Semuanya itu sangat mungkin adalah jawabannya, apalagi mengingat betapa praktisnya sistem yang kita kenal sebagai e-banking sekarang ini. Sekarang, kita bahkan tidak perlu secara manual pergi ke bank dan mengisi formulir setoran tunai untuk menyimpan uang. Kita cukup menggesek kartu debit atau meng-klik kolom "pembayaran" di setiap website bank kita masing-masing.

Kali ini, dengan postingan berseri ini, mari kita melihat sekelumit tentang dunia perbankan dan bagaimana institusi keuangan ini bekerja, dan mengapa kita harus percaya (atau tidak percaya) pada mereka untuk menyimpan uang hasil pendapatan kita.

(sumber: http://money.howstuffworks.com/personal-finance/banking/bank.htm)


Prediksi Ekonomi Global 2015 [Bloomberg Version]


Peta di atas merupakan gambaran prediksi terbaru IMF tentang kondisi ekonomi dunia tahun mendatang, dengan poin-poin penting sebagai berikut:

  • Amerika Latin akan dipenuhi dengan kondisi pesimistik, dengan Argentina dan Venezuela menjadi pemimpin kondisi ini dan disusul oleh Brazil tidak jauh di belakangnya.
  • Rusia dan Eropa Barat melemah.
  • Amerika Utara terlihat akan cenderung menguat dari kondisi sebelumnya
  • Pertumbuhan terbesar akan terjadi di Asia Selatan dan Timur, dan juga beberapa negara di Afrika yang mulai tumbuh juga dari level bawahnya.


Patut dicatat bahwa butuh waktu lebih lama bagi ekonomi dunia secara agregat untuk bangkit dari bubble hutangnya selama satu dekade ini. Tiga tahun yang lalu, IMF memperkirakan ekonomi dunia akan pulih sepenuhnya tahun 2015 dengan angka pertumbuhan 4,8 persen. IMF menyatakan bahwa meskipun USA sudah mencapai ekspektasinya (yang diturunkan), BRIC (Brazil, Rusia, India, dan China) beserta negara-negara Timur Tengah, Eropa, dan Jepang dinilai mengecewakan.

Hal itu membuat IMF harus menurunkan prediksi pertumbuhan 2015 nanti ke level 3,2 persen. IMF memproyeksikan pertumbuhan 3,1 persen untuk USA, 1,3 persen untuk benua Eropa, dan 0,8 persen untuk Jepang. China diproyeksikan tumbuh 7,1 persen dan itu lebih tinggi daripada negara-negara lain (meskipun itu adalah pertumbuhan terendahnya dalam 15 tahun terakhir. China dianggap tidak siap untuk perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh kemungkinan default para pengembang properti jika level ekspansi yang terealisasi berada dibawa ekspektasi mereka.

Perbedaan tingkat pertumbuhan di antara empat roda ekonomi besar dunia (USA, China, Jepang dan Eropa) untuk tahun depan dirasa tidak bagus; sementara kita membutuhkan keempatnya untuk berjalan lancar agar pemulihan ekonomi dunia juga bisa lebih cepat tercapai.

Ketidakcocokan berkepanjangan di antara para pembuat keputusan makroekonomi juga patut dinanti di tahun 2015. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa akhir Oktober lalu, Federal Reserve mengumumkan akhir babak ketiga dari aksi belanja obligasinya, dan dua hari setelahnya, Bank of Japan (BOJ) menyatakan untuk memperpanjang aksi belanja obligasinya; Quantitative Easing (QE).

QE pada dasarnya didesain untuk mendorong harga pasar obligasi. Ketika harga naik, yield-nya akan turun, dan membuat tingkat bunga mortgage dan bentuk pinjaman lainnya yang penting untuk konsumsi dan bisnis juga akan turun. Tahun depan, Bank Sentral Eropa kemungkinan akan memulai QE-nya meskipun kebijakan tersebut mendapat penolakan dari Bundesbank (Jerman).


Perdebatan tentang sistem pajak dan belanja negara mungkin akan bertambah hangat tahun depat, khususnya di zona Eropa. Prancis dan Italia bersaing dengan Jerman dalam hal seberapa besar defisit budget yang mereka mungkin akan alami. Komisi Eropa di Brussels telah mengizinkan Prancis dan Italia untuk mempertahankan kinerja defisit mereka di bulan Oktober, namun tetap memperingatkan semua negara eropa akan diperiksa secara mendalam pada pertengahan November ini. Sementara itu, desakan Jerman untuk melakukan penghematan membuat negara-negara di Eropa kesulitan memicu pertumbuhan ekonominya.

Beberapa hal tentang 2015 nanti telah diketahui sejak lama, misalnya isu pemanasan global. Lalu masih ada beberapa hal yang meresahkan, seperti: Akankah perselisihan yang disebabkan oleh Rusia dan China dengan negara-negara tetangga mereka akan menjadi konflik bersenjata? Akankah fenomena penyakit Ebola akan menyebar dalam skala global? Akankah China memadamkan pergerakan demokrasi di Hong Kong? Akankah pemilihan umum di Inggris bulan Mei kelak meningkatkan desakan UK untuk berpisah dari Uni Eropa? Akankah konflik Timur Tengah mereda? Salah satu dari semua itu mempunyai kemungkinan untuk membuat tahun 2015 sebagai tahun yang penuh dengan kecemasan.



Namun, ada kabar gembira untuk Amerika Serikat, dimana pengeboran horizontal mereka masih melanjutkan trennya yang terus melebihi ekspektasi, meningkatkan produksi minyak bumi lebih dari 50% hanya selama empat tahun. Di samping berperan menekan tingkat defisit perdagangan Amerika Serikat dan mengangkat perekonomian di Texas, North Dakota, dan kota-kota penghasil minyak lainnya, minyak dan gas bumi juga mendorong sektor konsumsi dan manufaktur. "Amerika Serikat kelak akan memiliki sumber energi termurah di seluruh dunia," terang Keith Nosbusch, CEO Rockwell Automation. Sebagai tambahan, menurunnya harga minyak dunia telah mengurangi kekuatan negara-negara seperti Russia dan Iran; Iran sendiri mengalami defisit neraca ketika harga minyak Brent berada di bawah $138 barel.


Untuk perekonomian Amerika Serikat, ketidakpastian yang paling penting adalah, apakah pada tahun 2015 nanti Federal Reserve akan mulai menaikkan tingkat suku bunganya, yang masih belum beranjak dari rentang nol sampai dengan 0,25 % sejak akhir 2008. Tingkat pengangguran sebesar 5,9 % pada bulan September bisa tetap serendah itu tanpa menghasilkan kenaikan upah yang membahayakan. Sementara itu, para spekulan di pasar futures sepakat berpendapat bahwa tingkat suku bunga kredit akan hanya mencapat 0,5 % tahun depan. 


Kenaikan suku bunga tersebut, entah kapan hal itu akan terjadi, dapat mempengaruhi pertumbuhan, inflasi, dan nilai tukar di seluruh dunia. Ceteris paribus, tingkat suku bunga yang lebih tinggi di Amerika Serikat cenderung akan menarik lebih banyak investasi di negara tersebut, mendorong nilai tukar dolar terhadap mata uang negara-negara lain. Walaupun dengan tren rebound, pada saat ini dolar masih relatif lebih murah daripada satu dekade yang lalu. 

Jika tingkat suku bunga Amerika Serikat naik, negara-negara seperti India dan Brazil yang sedang berkutat dengan inflasi tingginya akan terpaksa menaikkan tingkat suku bunganya juga untuk menjaga nilai tukar mata uangnya tetap kuat dan menghindari lonjakan harga impornya. 

Di sisi lain, Eropa dan Jepang, yang tidak memiliki ketakutan akan inflasi, akan lebih dapat menerima pelemahan mata uangnya, yang justru akan memacu ekspor dan pertumbuhan ekonominya. “Mendevaluasi (mata uang) adalah mekanisme untuk melenyapkan deflasi,” terang Stephen King, chief global economist di HSBC London. 

Di zona Eropa sendiri, kungkungan mata uang tunggalnya sendiri bekerja seperti yang pernah terjadi pada masa-masa Great Depression: mencegah perekonomian yang lebih lemah, seperti Yunani dan Portugal untuk mendepresiasi nilai mata uangnya, dimana hal tersebut dapat menjadi solusi tercepat untuk negara yang memiliki biaya tenaga kerja yang tinggi untuk mendorong ekspornya dan memacu perekonomiannya.

Di sisi lain, perekonomian Jepang akan mengalami pukulan berat karena kenaikan pajak konsumsi pada musim semi mendatang. Kenaikan kedua dijadwalkan akan dilakukan pada tahun 2015, namun PM Shinzo Abe mungkin akan mencoba menundanya jika perekonomian masih tetap lemah. “Masyarakat Jepang mencoba segala cara yang bisa mereka lakukan untuk menyelesaikan masalah deflasi mereka,” jelas David Morton, dari Rocaton Investment Advisors.


China juga menderita masalah deflasi. Harga grosir terus menurun setiap bulannya semenjak April 2012. Walaupun President Xi Jinping telah berjanji untuk mengangkat pertumbuhan berbasis konsumsi dalam negeri, dimana kebijakan tersebut akan menaikkan standar hidup mereka, usahanya tersebut mengalami kegagalan. Menurut data dari World Bank, investasi di bidang bisnis mencakup 49 % dari total GDP China tahun lalu; meningkat dari angka 35% di tahun 2000. Investasi tersebut banyak untuk pembangunan pabrik-pabrik dan peralatan-mesin, berujung pada kapasitas produksi yang berlebihan sehingga penurunan harga yang berlebihan justru melemahkan profitabilitas. 

China adalah salah satu negara pengimpor bahan mentah terbesar, maka perlambatan di tahun 2015 juga akan berdampak negatif pada negara-negara yang memiliki sumber daya alam yang kaya di Asia, Amerika Latin, and Afrika. Pemerintah China sendiri akan mencoba menolong beberapa sektor penting seperti sektor pertanian dan SME (Usaha Kecil dan Menengah), namun tekanan pada perekonomian China dipandang terlalu kuat untuk bisa diatasi hanya dengan sedikit penyesuaian kebijakan pemerintah.
(source: http://www.businessweek.com/articles/2014-11-06/2015-global-economic-outlook-better-than-2014-but-not-by-much#r=nav-r-story)

Tuesday 22 April 2014

IHSG Today [22 April 2014]



[Market Review]

Dow Jones Senin malam (21/4) ditutup naik 41 poin atau 0,3% ke 16.449, terutama atas kinerja kuartal I-2014 beberapa emiten yang di atas estimasi konsensus, misalnya dari emiten Halliburton. Secara umum, pemodal Wall Street menganggap rilis kinerja emiten Amerika Serikat (AS) untuk kuartal I-2014 sejauh ini memuaskan, dimana sekitar 60% dari rilis tersebut berada di atas estimasi konsensus. Pasar saham Jepang pagi ini dibuka atas optimisme yang sama mengikuti pasar saham AS.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), penjualan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya pada Maret 2014 naik 13% dibandingkan dari bulan sebelumnya, didorong oleh melambungnya harga rerata kedelai sejak Februari. Volume penjualan ekspor CPO per Maret 2014 menyentuh 1,79 juta ton, atau naik 13,3% dari pencapaian 1,58 juta ton bulan sebelumnya. Gapki menyatakan, kenaikan volume ekspor ini disebabkan baik karena harga komoditas substitusi kedelai yang tinggi, maupun karena stok CPO Indonesia dan Malaysia sudah berkurang. Selain itu, spekulasi El Nino juga mempengaruhi pasar komoditas CPO. (sumber: Bisnis Indonesia)

Bank Indonesia (BI) memperkirakan neraca perdagangan akhir Maret 2014 surplus sekitar US$ 500 juta, karena didorong surplus nonmigas yang lebih tinggi. Perkiraan surplus neraca perdagangan pada Maret ini sedikit lebih rendah dibandingkan surplus Februari 2014 sebesar US$ 785,3 juta. Di lain pihak, Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga menyatakan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia selama kuartal I-2014 akan mengalami surplus. NPI yang surplus tersebut didorong oleh defisit transaksi berjalan yang hampir sama dengan kuartal IV-2013, sementara terjadi capital inflow yang lebih besar selama kuartal I-2014. Defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2014 diperkirakan pada kisaran 2% karena didorong perbaikan pada ekspor manufaktur. Namun, diperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2014 akan meningkat di kisaran 3% karena adanya repatriasi dividen oleh investor asing. (sumber: Investor Daily)

Saham pilihan ASII, BWPT, UNVR, BKSL, LPPF, INDF, BBCA


[Stock Research]

Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak pada kisaran 4.880-4.933.

Analis Riset PT Indo Premier Securities, Muhammad Wafi memprediksi indeks akan bergerak mixed cenderung menguat pada perdagangan hari ini.

"Indeks turun tipis namun tidak didukung volume dan masih bergerak di fase minor sideways. Stochastic, RSI, dan MACD berimpitan," paparnya dalam riset Selasa (22/4/2014).

Adapun sejumlah saham yang patut untuk dicermati hari ini antara lain:

INDF (7.175)

Rekomendasi: Spec BUY Harga turun namun tidak didukung volume dengan MA(5,20,50) berimpitan. Stochastic positif sementara RSI dan MACD berpotensi goldencross. Boleh entry jika harga bertahan diatas support 7.150 dengan resist di 7.275. Stoploss jika break & close dibawah 7.100 dengan support berikutnya di 6.975.

ASII (7.900)

Rekomendasi: Sell On Strength Harga masih uptrend bertahan diatas EMA10 meskipun volume melemah.  MACD positif sedangkan   stochastic netral. Target harga tutup gap di 7.950 sementara support terdekat 7.725.

BBCA (11.175)

Rekomendasi: SELL Harga melemah tipis dengan kondisi yang sudah overbought. Trend masih naik dengan MACD positif begitu juga harga masih di atas EMA5.  Volume terlihat ada penurunan sehingga rally yang diharapkan bakal terbatas. Support terdekat 11.100 kemudian 10.775 dan strong support di level 10.550.  Resist terdekat 11.225.


[Rumor]

Tidak ada rumor untuk hari ini.

***********************************************************
Disclaimer: Informasi ini bukan merupakan sebuah rekomendasi untuk membeli atau menjual saham yang bersangkutan. Pastikan kembali kebenaran informasi tersebut, dan pakailah alat-alat analisis yang ada masing-masing untuk dapat membantu Anda dalam memastikan pembelian/penjualan saham yang dimaksud. Risiko sepenuhnya berada di tangan para investor.